Jakarta - Bachrul mengatakan alokasi impor cabai untuk semester II 2013
mencapai 10 ribu ton. Kuantitas impor tersebut sesuai dengan rekomendasi
impor produk hortikultura (RIPH) yang diterbitkan oleh Kementerian
Pertanian. Pada semester I, pemerintah tidak mengimpor cabai lantaran
pasokan domestik mencukupi kebutuhan.
Untuk menghindarkan dampak buruk impor tersebut terhadap petani,
pemerintah membatasi pintu masuknya. Menurut Bachrul, cabai impor hanya
bisa masuk melalui pelabuhan di luar Pulau Jawa. "Dengan demikian,
petani tidak terganggu dan inflasi bisa terkendali," ucapnya.
Dalam sebulan terakhir, harga cabai melonjak cukup tajam. Saat
memantau ketersediaan bahan pangan di Pasar Tebet Barat, Jakarta
Selatan, kemarin, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan harga
cabai mencapai Rp 50 ribu atau melonjak 42,86 persen dibanding pekan
lalu. Gita mengatakan tengah memantau kondisi pasokan dan harga bahan
pokok agar bisa melakukan intervensi tepat waktu. "Apalagi ada dua
momentum penting, penyesuaian harga bahan bakar minyak serta Ramadan dan
Idul Fitri," katanya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Suswono mengatakan pasokan yang
mulai seret adalah cabai rawit merah. Kurangnya pasokan cabai jenis
lain, seperti cabai besar merah, cabai besar hijau, cabai keriting, dan
cabai rawit hijau, tidak terlalu signifikan. "Padahal porsi pasar cabai
rawit merah relatif kecil, hanya 10 persen," katanya.
Siklus panen cabai besar, kata Suswono, terjadi pada Maret-Juni
dan berlanjut pada Agustus-September. Untuk cabai keriting, periode
panen berlangsung pada April-Oktober. Berdasarkan pola panen tersebut,
produksi cabai domestik mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun
kecukupan pasokan harus diimbangi dengan kelancaran distribusi.
Data Kementerian Pertanian menyebutkan volume impor cabai segar
pada 2012 mencapai 3.222 ton atau senilai US$ 2,97 juta (Rp 29,4
miliar). Angka ini menurun 57 persen jika dibandingkan dengan 2011 yang
mencapai 7.501 ton dengan nilai US$ 6,95 juta (Rp 69 miliar). Dalam
rancangan strategis 2010-2014, target produksi cabai 2012-2014 mencapai
1,24, 1,27, dan 1,29 juta ton.
Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Dadi
Sudiyana meminta pemerintah menunda impor. Sebab, 70 persen produksi
petani anjlok akibat banjir dan cuaca ekstrem sehingga harga cabai yang
tinggi bisa mengurangi kerugian. "Jika pemerintah berkomitmen melindungi
petani, jangan membuka impor cabai," kata dia.
Menurut Dadi, biaya produksi cabai mencapai Rp 60 juta per
hektare dengan produksi 10-15 ton per hektare dalam kondisi normal.
Namun petani kini hanya bisa memanen 5-8 ton per hektare karena banjir
dan perubahan cuaca ekstrem.
PINGIT ARIA | ROSALINA
Title : Juli, Impor Cabai Dibuka
Description : Jakarta - Bachrul mengatakan alokasi impor cabai untuk semester II 2013 mencapai 10 ribu ton. Kuantitas impor tersebut sesuai dengan rekom...